Tensi Politik PSU Memanas, Taufik Arbain: Nuansanya seperti Pilpres 

Editor : Almin Hatta

BANJARMASIN – Pemilihan Suara Ulang (PSU) Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) resmi digelar hari ini, Rabu (9/6/2021).

Seiring dengan itu, tensi politik di Bumi Lambung Mangkurat dirasa kian memanas, dan menarik perhatian akademisi sekaligus pengamat politik Kalsel, Dr Taufik Arbain MSi.

Akademisi Fisip Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini menilai, tensi politik yang terasa menjelang PSU ini seperti suasana Pemilihan Presiden (Pilpres). 

“Ajang PSU kali ini saya rasa kompetitifnya luar biasa, terasa seperti nuansa pemilu presiden,” ucapnya saat ditemui di kediamannya, Selasa (8/6) pagi.

Usaha kompetitif paslon ini, menurut Taufik, bagaikan perang darat dan perang udara. Implikasi dari dua faktor tersebut dinilainya turut mempengaruhi elektabilitas paslon.

“Saya lihat di tahun ini tidak hanya paslon yang berhadap-hadapan, namun kontraksi antar pendukung dan pemilih. Bisa terlihat dari yang nampak pada perang udara dan perang darat,” ujarnya.

Perang di media sosial yang diibaratkan Taufik sebagai perang udara, dinilai banyak konten yang dibangun antar paslon. Baik konten positif ataupun konten menjatuhkan seperti fitnah, hoax, dan ujaran kebencian.

“Temuan kita di lapangan, pesan singkat di media sosial yang sifatnya menjatuhkan paslon itu cepat sekali beredar di grup WhatsApp. Bahkan penduduk di luar kawasan PSU juga mendapatkan pesan-pesan singkat itu. Artinya, PSU ini kompetitifnya luar biasa,” kata dosen program studi administrasi publik Fisip ULM ini.

Selain perang udara, perang darat juga terasa di PSU kali ini. Dari data yang dikumpulkan, papar Taufik Arbain,  implikasi sosial media terhadap elektabilitas paslon mencapai 28,7%. Sedangkan untuk implikasi dari perang darat (obrolan dari mulut ke mulut) mencapai angka 36%. Sisanya perang spanduk maupun selebaran, sebesar 29,1%, yang  tentu saja turut mempengaruhi elektabilitas paslon.

Tentu dengan besarnya pengaruh sosial media bagi paslon ini, menurut Taufik, jelas memberikan impact yang signifikan kepada paslon. 

“Karena ada pihak yang terzalimi dengan tuduhan-tuduhan yang ada, membuat hadirnya ruang kesadaran publik. Mereka pasti bertanya, apa benar seperti ini? Lalu hal ini memunculkan simpatik,” ujarnya.

Taufik juga menilai, banyaknya konten negatif mengenai salah satu paslon juga akan mempengaruhi elektabilitas paslon. 

“Saya kira, akhirnya hal-hal seperti ini akan berpengaruh kepada elektabilitas paslon, realitas sangat nyata dalam pandangan publik,” ungkap alumni S3 Manajemen dan Kebijakan Publik UGM tahun 2018 ini.

Pola penyebaran konten hoax maupun fitnah dalam PSU Pilkada Kalsel kali ini, lanjut Taufik, merupakan track record buruk dalam dinamika politik Kalsel.

“Pola seperti ini akhirnya dalam dinamika politik Kalsel menjadi jejak rekam yang buruk dalam proses dinamika politik Kalsel,” tutupnya.

Sebagai informasi, hari ini bertepatan dengan 9 Juni 2021, telah resmi digelar Pemilihan Suara Ulang (PSU) Pilgub Kalsel di 5 kecamatan di Kabupaten Banjar, 24 TPS di Kecamatan Binuang (Kabupaten Tapin), dan seluruh wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan (Kota Banjarmasin).[] 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.