Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Satu diantara upaya yang ditempuh adalah meningkatkan promosi minat baca dengan menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan.
Sehubungan hal tersebut, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tanah Laut mengadakan bedah buku “Sahang Banjar” karya Mansyur, Mursalin, dan Wisnu Subroto, yang dilaksanakan pada 25 November 2024. Dalam acara yang bertempat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tanah Laut sebagai narasumber Staf Ahli Sejarah Dispusip Tanah Laut Hanafiyanor Tajelli, S.Pd. serta penulis buku Mansyur, S.Pd., M.Hum.
Menurut Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Tanah Laut, Safarin, S.Ip, M.Si, Bedah Buku Sahang Banjar adalah ajang bagi penulis untuk mengenalkan karyanya kepada pembaca. Selain itu, kegiatan ini merupakan bentuk diskusi literasi yang sangat berguna. Baik dari penulis atau audiens dapat mengkritisi buku yang dibedah saat itu sehingga berpotensi untuk meningkatkan kualitas literasi bagi yang mengikutinya.“Bagi yang juga berminat untuk menulis akan mendapatkan inspirasi cara memperoleh ide tulisan. Terkadang, ide kreatif penulis dapat dikatakan out of the box sehingga dengan mengikuti bedah buku, seseorang mendapatkan kesempatan emas untuk mengetahuinya bahkan berkesempatan untuk dialog langsung dengan penulisnya,” papar Safarin.
Sementara itu pemateri pertama, Hanafiyanor Tajelli mengungkapkan Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia, memiliki kekayaan rasa yang tiada tara berkat beragam rempah asli yang tumbuh di tanahnya. Dari cengkeh yang harum hingga kunyit yang berwarna cerah, rempah-rempah ini tidak hanya memperkaya cita rasa masakan, tetapi juga memiliki berbagai manfaat kesehatan yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional selama berabad-abad. Karena itu cukup penting menjelajahi keunikan rempah-rempah asli Indonesia, menggali sejarah, manfaat kesehatan, dan perannya yang penting dalam budaya kuliner yang kaya.
“Secara umum, rempah-rempah dibedakan dari bumbu, meskipun keduanya sering digunakan secara bergantian. Bumbu biasanya merujuk pada bahan yang lebih umum dan bisa jadi tidak terbuat dari tanaman, seperti garam atau gula, sedangkan rempah-rempah lebih khusus pada bagian tanaman yang diolah dan digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan rasa dan aroma hidangan.” papar Hanafiyanor yang juga Ketua Sarekat Sejarah Tanah Laut ini.
Sementara itu pemateri kedua yang sekaligus penulis buku Sahang Banjar, Mansyur mengatakan penulisan buku Sahang Banjar dilatarbelakangi adanya program jalur rempah dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud tahun 2020 yang lalu. Salah satu agenda pentingnya adalah untuk mendapatkan pengakuan UNESCO akan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia (World Heritage) untuk memperkuat diplomasi Indonesia, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Langkah-langkah pengembangan dan pemanfaatan sejarah budaya rempah dalam berbagai bentuk kegiatan telah dilakukan bersama dengan berbagai pihak seperti Unit Pelaksana Teknis, pemerintah daerah, lembaga kemasyarakatan, komunitas, serta pemangku kepentingan lainnya hingga tahun 2024.
Satu diantaranya melalui penulisan buku Sahang banjar. Buku tersebut mengulas tentang kisah sejarah maritim dan pelayaran urang Banjar, dimana kalangan milenial lebih mengenal perdagangan jalur sutra, dibanding jalur rempah. Dalam buku tersebut dikatakan, jalur rempah memberi pengaruh kehidupan masyarakat Banjar masa kini.
“Banjarmasin sebagai penghasil sahang (lada) sudah dikenal lama oleh dunia, puncaknya sekitar abad ke-17. Semoga pembelajaran sejarah dalam buku ini bisa memberikan dan meningkatkan kesadaran bahwa terdapat keragaman pengalaman hidup pada masyarakat dan adanya cara pandang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman di masa depan, ” ujarnya.
Keberadaan buku ini sangat penting dalam rangka pembelajaran sejarah dan upaya membangkitkan kesadaran sejarah. Apalagi dalam buku buku pelajaran di sekolah muatan sejarah lokal masih minim. Satu diantaranya konteks sejarah maritim dan pelayaran Urang Banjar. Kalangan milenial lebih mengenal perdagangan Jalur Sutra dibanding Jalur Rempah. Padahal, Jalur Rempah memberi pengaruh kehidupan masyarakat Banjar masa kini. Banjarmasin sebagai penghasil sahang (lada) sudah dikenal lama oleh dunia.