Usung Tema ‘Kalatikan’, DK-Bjm Kembali Gelar BAW

Dewan Kesenian Banjarmasin (DK-Bjm) kembali menggelar program unggulannya, Banjarmasin Art Week (BAW) yang sudah rutin digelar setahun sekali sejak 2022.

Ketua DK-Bjm Hajriansyah, Sabtu (5/10), menerangkan, fenomena kesenian mutakhir saat ini tidak lagi sekadar bicara gagasan atas sebuah karya, namun juga inter-relasi antara gagasan tersebut dengan beragam wacana sosial, politik, kepercayaan, dan kebudayaan secara umum.

“Dengan demikian, ia juga meliputi ekosistem kesenian terkait produksi gagasan dan distribusinya ke tengah masyarakat, termasuk di dalamnya masyarakat “maya”, yang lebih luas dan kaya horison cakrawalanya,” ujarnya.

Menurutnya, pelibatan berbagai elemen masyarakat menjadi sangat penting dalam distribusi wacana, sehingga makna ‘publik seni’ itu sendiri menjadi semakin meluas, termasuk di dalamnya kesungguhan dukungan pemerintah dan upaya meyakinkan beragam kalangan akan pentingnya kesenian dalam pertumbuhan sebuah kota.

“Hal ini menjadi konsen DK-Bjm, bagaimana menciptakan ekosistem yang sehat dengan tatakelola yang baik melalui sebuah model penyelenggaraan event kesenian yang dapat mewadahi kreativitas seni di Kota Banjarmasin,” terangnya.

Seperti lazimnya dua tahun sebelumnya, BAW akan digelar pada bulan November. Relatif berbeda, penyelenggaraan kali ini sudah dimulai dengan berbagai kegiatan pra-event, yang biasanya dimasukkan dalam rangkaian satu minggu event BAW, seperti diskusi dan workshop seni.

“Sejak bulan September barusan, kegiatan diskusi terkait enam komite seni DK-Bjm sudah dilaksanakan. Umumnya diskusi mengangkat tema karya, komunitas dan regenerasi yang difokuskan pada segmen generasi muda seni di Kota Banjarmasin. Kecuali Komite Film, yang secara khusus mengangkat tema mistik dalam penciptaan karya film yang cukup aktual saat ini,” jelas Hajri.

Seperti dirancang pada awalnya, BAW diharapkan dapat menginspirasi, memotivasi, serta mengonsolidasi potensi karya seni yang ada di Banjarmasin, dan Kalimantan Selatan (Kalsel) secara umum. Tahun ini, pada penyelenggaraan ketiganya, ditambahkan, event ini dapat pula menjadi “juru siar” potensi yang ada ke khalayak seni yang lebih luas, melalui wacana aktual tempatan. Dan untuk itu, sistem kurasional yang dikedepankan tahun ini akan lebih selektif dari tahun-tahun sebelumnya, juga dengan melibatkan kurator dari luar Kalsel yang memiliki jaringan kesenian lebih luas.

“Untuk itu, pelibatan banyak stakeholder kesenian serta event organizer yang berpengalaman dimaksudkan dapat mengemas kegiatan ini secara tampilan lebih baik lagi,” kata Hajri lagu.

Ditambahkannya, pada Oktober ini akan diadakan kegiatan workshop yang akan berfokus pada tatakelola event kesenian dengan para mentor berpengalaman. Sehingga, materi serta penarasian format seni yang ditampilkan (melalui pertunjukan dan pameran) lebih memiliki bobot wacana yang tidak sekadar menarik secara kuantitatif namun juga kualitatif.

Sejak awal, nama Banjarmasin Art Week sendiri berorientasi global, sedangkan tema-temanya yang memakai istilah lokal bertujuan menguatkan persoalan-persoalan tempatan menjadi titik tolak penciptaan yang mengakar. Pada 2022 (BAW I) dengan tema “Jukung Barenteng” yang mengusung semangat kebersamaan, pada tahun 2023 (BAW II) “Kumarau Landang” menekankan kesadaran atas persoalan regenerasi dan kelemahan potensial lainnya sebagai titik tolak peralihan pada perkembangan yang lebih berarti.

“Tema “Kalatikan” pada BAW III 2024 kali ini berkesinambungan dengan tema-tema sebelumnya, yang mencoba melihat pertumbuhan potensi-potensi yang ada itu dapat menjadi suatu formasi seni yang saling bertumbuh dan memberi inspirasi. Beragam wacana yang mengemuka dalam diskusi-diskusi yang telah terlaksana, gagasan format dan tatakelola seni, akan coba ditawarkan melalui sistem kurasi pada puncak event Banjarmasin Art Week di bulan November yang akan datang,” pungkas Hajri.[]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.